Sedikit Throwback

Lagi buka-buka file lama tetiba nemuin file judulnya "Sekolah Vokasi? Yang Penting UGM!" sebenernya ini file tugas dari salah satu dosen di kampus lama sih, tapi gapapa kali ya aku share. So check this out!


Sekolah Vokasi? Yang penting UGM!
Sewaktu masih merasakan bangku SMA, saya sama sekali tidak pernah berpikiran untuk masuk ke Sekolah Vokasi UGM. Saya sempat skeptis terhadap sekolah yang meluluskan para ahli madya ini. Saya merasa bahwa para diploma itu akan mendapat perlakuan yang setara dengan lulusan SMA/SMK, seperti dipandang rendah, mudah disuruh-suruh, dan perlakuan tidak mengenakan lainnya di dalam dunia pekerjaan. Saya harus mendapat gelar sarjana, itu yang saya pikirkan. Ayah saya saja sarjana kenapa saya harus diploma? Banyak orang bilang bahwa anak harus memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau minimal setara dengan orangtuanya. Maka dari itu, saya bertekad untuk masuk ke S1, tidak peduli itu universitas mana, yang terpenting berada di kawasan Yogyakarta dan termasuk PTN.
Salah satu jalur masuk perguruan tinggi yang saya ikuti adalah SBMPTN, namun di jalur tersebut saya mengalami kegagalan. Setelah itu berbagai ujian masuk perguruan tinggi negeri saya ikuti, salah satunya Ujian Masuk UGM Gelombang 2. Mulai dari situ saya menyadari, ketidakikutsertaan saya di Ujian Masuk UGM Gelombang 1 membuat saya menyesal dan mengubur impian saya untuk mendapatkan gelar sarjana di UGM. Sampai akhirnya pengumuman kelolosan Ujian Masuk UGM Gelombang 2 keluar, saya dinyatakan lulus. Setelah itu saya langsung mengebut mengerjakan tugas PPSMB yang telah lama diperintahkan bagi calon mahasiswa baru. Sebenarnya saya lolos ujian masuk salah satu universitas Yogyakarta, namun saat itu saya sudah terlanjur membayar UKT dan mengikuti PPSMB. Supaya tidak menyusahkan orangtua dan saya sendiri juga tidak terlalu senang dengan program studi di universitas tersebut, saya tetap memilih untuk melanjutkan studi di Sekolah Vokasi UGM. Yang penting UGM, menurut saya.
Hari Senin, tanggal 8 Agustus 2016 adalah hari pertama memasuki dunia perkuliahan. Hari pertama kuliah rasanya sangat kacau. Mulai dari KRS yang kosong dan tidak dapat di-print, sampai gedung kuliah jam 7 lebih padahal dijadwalkan masuk jam 7, dan yang lebih mengesalkan ternyata saya salah masuk ruangan. Menurut jadwal, ruangan yang digunakan adalah SV 205, namun saya dan beberapa teman saya malah masuk ke ruang 205 yang ternyata berada dalam gedung milik Departemen Lingkungan dan Kesehatan. Hari kedua sampai seterusnya saya lalui dengan lancar. Akhirnya saya paham mengenai mekanisme perkuliahan, ternyata tidak beda jauh dengan sekolah. Saya pikir sistemnya akan berbeda sekali dengan yang didapatkan di waktu sekolah.
Di program studi Kearsipan yang saya ikuti, saya mendapatkan 9 mata kuliah untuk semester pertama, diantaranya: Pengantar Ilmu Kearsipan, Pendidikan Agama, Hukum dan Pengamanan Informasi, Sejarah Administrasi dan Ketatanegaraan Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Pengantar Ilmu Manajemen, Sejarah Kearsipan dan Profesi Kearsipan, serta Bahasa Indonesia. Perkuliahan dibagi menjadi beberapa kelas, dan saya sendiri masuk ke kelas Kearsipan A. Untuk kelas Kearsipan A, kuliah dilaksanakan mulai Senin sampai Kamis dengan waktu dan dosen yang beragam. Mata kuliah Pengantar Ilmu Kearsipan dilaksanakan hari Senin di ruang SV 205, disampaikan oleh Bp. Waluyo, S.S, M.Hum dan asisten beliau, Lillyana Mulya, M.A. Sementara Pendidikan Agama Islam diampu oleh Bp Ghifari dengan menggunakan ruang SV 202, dilaksanakan setelah mata kuliah Pengantar Ilmu Kearsipan. Kemudian untuk hari Selasa, dilaksanakan perkuliahan untuk mata kuliah Hukum dan Pengamanan Informasi yang diampu oleh Ibu Faizatush Sholikhah, M.A untuk pertengahan semester pertama dan Ibu Rizky Septiana, S.H, M.Kn untuk pertengahan semester kedua, kegiatan kuliah dimulai pukul 11.00 dengan mengambil tempat di ruang GP 1.0. Selanjutnya langsung diadakan kelas untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Manajamen dilaksanakan setelahnya dengan ruangan yang sama. Sedangkan untuk hari Rabu, mata kuliah Bahasa Indonesia diselenggarakan di ruang GP 3.01 dengan dosen pengampu Ibu Eritrina Putri E. S,S, M.A. Kemudian 2 jam selanjutnya dilaksanakan kegiatan perkuliahan di GP 1.0 dengan mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang diisi oleh Bp Julianto Ibrahim, S.S, M.Hum. Setelah selesai, dosen Bp Widyatmoko mengambil alih kelas untuk kemudian diselenggarakan perkuliahan dengan subjek Bahasa Inggris. Sementara untuk hari Kamis, perkuliahan dimulai jam 13.00 dengan mengambil tempat di ruang SV 205, dengan dosen pengampu mata kuliah Sejarah Administrasi dan Ketatanegaraan Indonesia yang bernama Bp Julianto Ibrahim, S.S, M.Hum. Mata kuliah Sejarah Kearsipan dan Profesi Kearsipan diselenggarakan setelahnya oleh Bp Wahjudi Djaja, S.S, M.A.
Berbicara mengenai fasilitas, di Sekolah Vokasi terdapat berbagai macam fasilitas yang menunjang pendidikan para civitas akademinya. Salah satu yang paling umum adalah ruangan kelas, satu ruangan kelas dapat menampung sekitar 120 orang jika kursinya penuh, dilengkapi dengan AC untuk menjaga kenyamanan kelas, dan proyektor sebagai media pembelajaran. Mengintip keluar, di setiap gedung yang dimiliki Sekolah Vokasi pasti terdapat fasilitas umum seperti kamar mandi, mushola, kantin, dan wastafel kran air minum, serta lahan parkir, sama seperti di fakultas-fakultas lain. Semua fasilitas dapat bekerja dengan baik namun tidak untuk tempat penyediaan parkir. Dimana lahan parkir khususnya di yang berada di samping gedung Sekolah Vokasi dirasa terlalu sempit, tidak sesuai antara banyaknya motor milik mahasiswa dan lahan yang disediakan. Jika masuk jam 7.00 saya bisa leluasa untuk memilih tempat parkir, namun sepulangnya, yaitu jam 13.00, saya pasti akan merasa kesulitan untuk mengeluarkan motor karena jarak untuk keluarnya motor sangatlah sempit dan selalu menyenggol motor lain. Hal seperti ini seharusnya bisa diantisipasi dengan penambahan lahan parkir atau penganjuran untuk berjalan kaki atau naik sepeda bagi mahasiswa yang bertempat tinggal di sekitar kampus. Namun terdapat beberapa hal yang membuat saya bersyukur menjadi mahasiswa Sekolah Vokasi, salah satu contoh adalah letaknya yang dekat dengan pusat perbelanjaan murah bagi mahasiswa, ada Kopma ataupun Mirota Kampus, selain itu juga dikelilingi oleh bank yang menjadi tonggak keuangan mahasiswa, terdapat Apotek UGM yang letaknya di belakang Sekolah Vokasi, dan yang paling menyenangkan, mahasiswa Vokasi tidak perlu berjalan jauh untuk mencapai Foodcourt Plaza dimana anak-anak fakultas lain cukup iri dengan hal ini.
Kembali ke gedung Sekolah Vokasi, disini terdapat 5 gedung yang menjadi tempat mahasiswa vokasi untuk menimba ilmu. Empat gedung murni untuk perkuliahan dan satu gedung perpustakaan yang juga digunakan untuk perkuliahan. Di bagian depan gedung disediakan teras dan tempat duduk bagi mahasiswa yang sekadar ingin nongkrong atau menghabiskan waktu. Di halaman depan ditumbuhi pohon yang cukup rindang sebagai pemanis gedung. Sekolah Vokasi juga memiliki stasiun sepeda kampus yang letaknya di samping Gedung Perpustakaan yang sering digunakan untuk mobilitas para mahasiswa.
Saya yang awalnya setengah hati untuk kuliah di Sekolah Vokasi ini menjadi sedikit terobati dengan kondusifnya perkuliahan di kelas, mata kuliah yang tidak terlalu mencekik, dan penyamarataan bagi mahasiswa S1 dan D3. Semula saya pikir saya akan tidak betah untuk melakukan pembelajaran di sini, dilihat dari luar gedung Sekolah Vokasi terlihat sedikit creepy, namun setelah menengok ke dalamnya, ternyata tidak semenakutkan itu. Malahan dengan menggunakan gedung tua, mahasiswa Vokasi seharusnya bangga karena kita menggunakan gedung yang sudah ditetapkan cagar budaya dan tidak perlu meminta hal-hal aneh seperti menambah lift atau melakukan renovasi ini itu. Begitu banyak hal yang istimewa di kampus ini, dan akhirnya saya merubah pemikiran saya, Di UGM? Yang penting Sekolah Vokasi.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah tentang Wayang

Perbandingan Telaahan Staf

TUGAS KELOMPOK BAHASA INDONESIA